Pages - Menu

Senin, 20 November 2017

JURNAL TRANSMISI BUDAYA MELALUI SURAU KAUM DI SUMATERA BARAT

Pendahuluan
Transmisi budaya menurut kepustakaan, mengandung makna  menyampaikan. Transmisi budaya dalam masyarakat berhubungan dengan penyampaian kebudayaan dari  suatu generasi ke generasi berikutnya dalam masyarakat dengan beberapa istilah seperti enculturation, socialization, Education, dan schooling (pembudayaan, pemasyarakatan, pendidikan dan persekolahan)[1].
            Pembahasan tentang tramsmisi budaya melalui surau kaum dalam Tulisan ini berhubungan dengan Penyampaian kebudayaan oleh orang tua, 1 Pemimpin agama dalam kaum (labai), pemimpin adat (datuak atau penghulu) dan pemuka masyarakat alam suatu nagari.
Transmisi Budaya
Penulis  mencoba mendiskusikan bagaimana transmisi budaya di Surau kaum dalam korong  Pasir lawas pada tahun 2008. Bagaimana fungsi surau kaum dalam transmisi budaya di lingkungan masyarakat korong Pasir lawas  Kanagarian Lubuk Alung, serta bagaimana keterlibatan tokoh masyarakat dalam transmisi budaya di lingkungan masyarakat  KorongPasir Lawas. Unsure-unsur kebudayaan: 1) Bahasa, 2) Sistem pengetahuan, 3) Organisasi sosial, 4) Sistem peralatan hidup dan ekonomi, 5) Sistem Mata pencaharian hidup, 6) sistem religi 7) Kesenian. Tiap-tiap unsur  kebudayaan universal tentu juga terdapat  dalam wujud  berupa sistem budaya, sistem sosial, dan unsur-unsur.
            Kebudayaan fisik adalah sebuah budaya dalam masyarakat yang telah lama dan di sepakati oleh semua unsur masyarakat, lama kelamaan dibukukan menjadi adat istiadat yang  khas bagi masyarakat tersebut. Adat itupun bisa diwarnai oleh nilai- nilai religius yang lama dianut oleh masyarakat. Seperti adat adat istiadat masyarakat Minangkabau, adat yang kental dengan nilai- nilai Islam. Hal ini sesuai dengan pemikiran Malinowski mengenai syarat- syarat metode etnografi berintegrasi secara fungsional  antara fungsi sosial dari adat,tingkah laku manusia, dan pranata- pranata sosial[2].
            Pola pendidikan Masyarakat Minang Kabau, “Alam Takambang Jadi guru” dan pola pendidikan yang bedasarkan  Alqur`an dan Hadis, ”Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Syarak mangato adat mamakai ”Memiliki arti pola pendidikan masyarakat Minangkabau, belajar dari alam, adat, agama, (Pola pendidikan tradisional). Selanjutnya, sebuah adat istiadat akan terjaga kelestarianya bila para leluhur masyarakat pandai dalam memberikan pendidikan adat pada generasi muda mereka, sebab hanya dengan pendidikan sebuah adat-istiadat suatu masyarakat akan terjaga keutuhanya[3].
            Pendidikan menurut Hansen merupakan sub bahagian dari enkulturasi yaitu usaha di sengaja, bersifat sistematis untuk menyampaikan keterampilan dan pengetahuan, kebiasaan befikir dan bertingkah laku. “Enkulturasi mencakup proses perlehan bertingkah laku, pengetahuan tentang standar budaya, dan kode- kode perlambangan  seperti bahasa  dan seni motivasi yang didukung oleh kebudayaan, kebiasaan- kebiasaan menanggapi, idiologi dan sikap- sikap.[4]
            Enkulturasi adalah semua pendidikan atau “learning” atas sebuah pengetahuan yang harus dikuasai seseorang  dengan status tertentu. Menurut Herskovits, konsep enkulturasi adakaitanya dengan sosialisasi. “Sosialisasi menunjukan proses pengintegrasian individu dalam dalam sebuah kelompok sosial, sedangkan enkulturasi adalah proses yang menyebabkan individu memperoleh kompetensi dalam kebudayaan kelompok”.  Sedangkan  sosialisasi menurut  Gillin, “Proses yang membawa individu dapat menjadi anggota yang fungsional dari suatu kelompok, yang bertingkah laku menurut standar- standar kelompok, mengikuti kebiasaan–kebiasaan kelompok, mengamalkan tradisi kelompok, dan menyesuaikan dirinya dengan situasi-situasi sosial yang ditemuinya untuk mendapatkan penerimaan yang baik dari  teman-teman sekelompoknya.”
            Kedua defenisi ini mengandung unsur nilai, pola tingkah laku, keterampilan, pengetahuan dan sikap yang di perlukan oleh seseorang sebagai anggota masyarakat yang mendukung suatu kebudayaan.
Surau  Kaum
Surau dalam pola adat Minangkabau adalah kepunyaan kaum atau indu. Indu adalah bahagian dari Suku atau (clan). Surau adalah pelengkap rumah gadang (rumah besar). TetapiTidak semua rumah gadang memiliki surau[5].
            Surau Kaum dapat diartikan suatu bangunan tempat ibadah yang merupakan realisasi dari  budaya masyarakat mempunyai fungsi ganda dalam menjalankan  kegiatan- kegiatan yang berubngan dengan Tuhan  dan manusia untuk memenuhi kebutuhan lahiriah dan batiniah.   Jika dihubungkan dengan surau kaum di Korong Pasir Lawas, yang dalam tatanan adat masyarakat Korong Pasir Lawas, dalam satu kaum mempunyai labai kaum, maka idealnya setap kaum mempunyai surau kaum.
            Masyarakat Pasir Lawas hidup di lingkungan adat Korong Pasir Lawas, Kanagarian Lubuk Alung, yang terdiri dari kelompok kecil kehidupan sosial masyarakat nyayang terdiri dari keluarga yang dipimpin oleh kepala keluarga yaitu ayah. Kumpulan dari  keluarga yang berasal dari satu nenek perempuan yang disebut kaum.
Kaum dipimpin oleh penghulu kaum sebagai pimpinan adat yang fungsi  Utamanya adalah”karuah mampajaniah, kusuik manyalasaikan”. Dalam bidang  Keagamaan kaum dipimpin oleh pimpinan agama yang disebut Labai. Fungsi Labai adalah “Pai katampek batanyo, pulang katampek babarito sebagai pengarah atau penuntun dalam prilaku kehidupan masyarakatnya sesuai dengan nilai- nilai agama, dengan pepatah adat sebagai “Suluah bendangDalam Nagari”.
            Surau adalah lambang kebesaran kaum korong Pasir Lawas, tempatBermusyawarah , tempat pendidikan, tempat ibadat, dan kaganti rumah gadang kaum. Dari struktur kepemimpinan, dan dari segi pertanggung jawaban, dalam adat minang kabau “ Kemenakan barajo kamamak, mamak barajo kaPangulu, Pangulu barajo kanan bana (benar menurut agama, benar menurut adat, benar jopatuik), Patuik berarti sepantasnya, sesuai dengan keadilan.
            Masyarakat korong Pasir Lawas memeluk agama islam, dengan mengikuti norma-norma (menurut alue), dengan  latar belakang pendidikan SD, SLTP, SLTA, Peguruan tinggi. Korong Pasir Lawas memiliki 5 buah suku yakni. Suku jambak, suku Tanjuang , Suku Panyalai, suku sikumbang, suku koto. Dari 5 buah suku, terdapat 22 buah kaum yang masing- masing dipimpin oleh Penghulu. Karena surau merupakan lambang kebesaran kaum dan tempat bermacam- macam aktifitas masyarakatnya yang bertujuan untuk pembinaan mental dan akhlak masyarakatnya.
Kegiatan yang dilak sanakan di surau antaralain adalah,Baminggu( wirid) mingguan, acara hari besar agama, Mendoa awalturun ke sawah (doa tolak bala), Proses pembelakaran spt. Membaca alquran( mangaji) , wirid tarikat( orang tua), Pembelajaran nilai- nilai adat, sembayang 40 hari dan lain- lain.
Profil surau Kaum
         Nama- nama surau dan statusnya pada tabel 4 , Menurut Sidi  Ghazalba Dalam bukunya  Syekh Burhanuddin dan Islamisasi Minangkabau oleh Dudki Samad, surau atau langgar merupakan unsur- unsur kebudayaan asli suku Melayu berfungsi sebagai tempat pelaksanaan keyakinan yang dianutnya.
          Setelah islam masuk ke nusantara  surau menjadi bangunan islam. Fungsi surau sebagai tempat pertemuan , bermusyawarah, tempat berkumpul muda-mudi,dan laki- laki yang sudah tua terutama duda. Bangunan yang sejenis surau ini juga  di mentawai yang disebut Uma, di Toraja timur disebut lobo. Di Aceh disebut Muenasah, dan di Jawa disebut Langgar.
            Surau kaum di Pasir Lawas , kurang berfungsi untuk tempat tidur pemuda- pemudi, mereka sudah di sediakan kamar tidur dirumahnya. Penghuni surau adalah Jemaah shalat 40 hari dan guru( tuangku) . Apakah sebabnya kaum laki- laki enggan tidur di surau?.
Dari hasil wawancara penulis Dengan Kapalo mudo BK, “Pemuda sangat jarang tidur di surau , karena rumah masyarakat sudah besar lengkap dengan kamar, televisi. Kami pernah ke surau untuk tidur di surau beberapa bulan yang lalu karena ada kegiatan pemuda untuk persiapan alek nagari (pasar malam), tetapi tikar untuk tidur tidak ada, yang ada tikar untuk shalat ”Surau sekarang sudah permanen, dengan berlantai semen, dan ada yang sudah berlantai keramik, seperti surau Jambak Kampuang Kalawi dan surau Tanjuang kampuang Pondok.
Sebahagian Surau Kaum kerang berfungsi sebagai tempat:
1.      Pendewasaan remaja, dan tempat tidur laki- laki.
2.      Pusat kegiatan kaum,musyawarah.
3.      Tempat pelaksanaan atik patang mambantai ( laki- laki dewasa bersama- sama berzikir sambil melonjak merangkul pinggang atau bahu
Teman yang di depan sehingga membentuk barisan, jejeran dalam kesatuan) yang di iringi suara beduk ( tabuah).Patang mambantai  yaitu
Sehari setelah lebaran idulfitri.
Fungsi Surau Kaum pada umunya adalah:
1.      Tempat melaksanakan ibadah.
2.      Tempat belajar alqur`an
3.      Tempat melaksanakanmusyawarah sebelum  melaksanakan perayaan hari besar agama
4.      Tempat melaksanakan perayaan hari besar agama.
5.      Tempat tinggal guru , dan jemaah shalat 40 hari
6.      Dll.
Pembangunan surau kaum di korong Pasir Lawas  sejalan dengan pembangunan surau kaum di ulakan . Karena kekuatan adat yang dipimpin oleh Penghulu dan kekuatan agama yang dipimpin oleh Labai dan mengerakkan kaumnya untuk membangun surau kaum. Dari hasil wawancara penulis dengan SAM, umur 40 th, suku Jambak: “Saya belajar membaca Alqur`an, kegiatan yang di lakukan di surau jambak selain belajar membaca Aqur`an saya belajar memasak, menjarum, dll, bangunan surau masih semi permanen terletak di pinggir sungai di tanah ulayat kaum Jambak, sekarang surau sudah diPindahkan ke pinggir jalan karena pelebaran proyek irigasi  lubukCimantung.”
Surau Panyalai di bangun oleh kaum Panyalai . Semenjak mereka tahu surau ini sudah ada dengan bangunan pisik kayu di tanah ulayat Anduang Kapue. Surau gubah Syekh Angku shalih / Mesjid Nurshalihin, di bangun oleh jamaah Syehk angku Shalih, semenjak Syekh Angku Shaliah mengembangkan agama islam di Buaian. Dilokasi ini dibangun gubah atau maka Syekh Angku Shaliah yang merupakan makam baangan  yang asli di Sungai Sariak. Surau ini menurut keterangan masyarakat buayan sudah dua kali Perombakan dan sampai sekarang masih berlanjut( 2008).
            Surau Balenggek Balah Hilir, merupakan surau Nagari Lubuk Alung, Surau Gadang Padang Pulai,surau nagari yang pertama di Korong Pasir Lawas. “Surau panyalai sudah ada semenjak dulu zaman Hindu, masuknya agama islam ke Pasir Lawas   dibawa oleh syehk burhanuddin, kemudian Syekh Angku shaliah menetap di suru Panyalai, sebagai guru mengaji dan imam di Surau Panyalai, dan di sini beliau mulai merasul”
            Mesjid Pasir lawas di Padang pulai merupakan mesjid pertama di Pasir Lawas . Mesjid ini di bangun oleh masyarakat korong Pasir Lawas setelah Syehk Burhanuddin, mengembangkan agama di Kabupaten Padang Pariaman. Murid Syeh Burhanuddin salah satunya Syekh Muhamad yatim di Tandikek  mudiakPadang, Syekh Muhammad yatim guru dari Syehk  Angku Shaliah yang menjadi Guru di nagari Pasirlawas.
            Mesjid Angku shaliah/ Surau gubah jemaah syeh Angku shaliah, Di bangun ditanah kaum suku Panyalai milik etek Damang, yang di bangun oleh jemaah Angku Shaliah sekitar 60 tahun yang lalu,samapi sekarang sudah 3x mengalami perobahan fisik.
            Surau Koperasi Syeh Angku saliah, yang merupakan surau jamaah Syech
Angku Shaliah, di bangun pada lokasi tanah milik Uniang Kapue , Suku Panyalai
Datuak Maninjun Labai Sinaro. Surau Koperasi ini juga  sudah mengalami proses perobahan 3x yang dibangun pertama kira- kira 62 tahun yang lalu( penelitian 2008)
            Surau Bandaheler Padang Gelapuang yang merupakan surau kaum suku Jambak, kaum Dt. Majo Basa dan Labai Basa. Surau Jambak Kp. Kelawi yang merupakan surau kaum suku Jambak DT. Cilangik, Labai Mandaro. Labai Sati. Surau Taluak Kampuang Kalawi , yang merupakan surau kaum suku Sikumbang DT. Pangulu Basa, labai Basa. Surau Tanjuang Kp. Pondok yang merupakian Surau Kaum Dt. Rajo Bulan , Labai Sinaro Sati.
            Surau Koto Kp.Pondok merupakan surau kaum suku Koto ,DT. Sati, Labai
Sati. Surau Panyalai Kampung Pondok yang merupakan surau kaum suku Panyalai Dt. Maninjun , Labai basa. Surau darussalam merupakan surau milik Keluarga Hj. Mariana , suku jambak Kampuang Kelawi DT. Majo Basa, Labai Basa. Surau Cengkeh surau kaum suku Sikumbang  Dt.Bagindo, Labai Mudo. Pengurus organisasi surau Surau kaum dipimpin oleh Labai kaum, berdasarkan musyawarah kaum  kepengurusan atau kepenetiaan dibutuhkan maka di tentukan dengan musyawarah masyarakat kaum yang dipimpin oleh penghulu kaum atau yang di wakili oleh penghulu kepada kemenakanya dalam kaum itu. Surau yang di teliti, baik itu data  utama atau data penunjang pada tahun 2008 di paparkan kepengurusanya Seperti di b awah ini:
1.         Surau Balenggek Balahilir, merupakan surau nagari Lubuk Alung, pengurus surau ini adalah: Ketua umum Drs. Amiruddin, Bendahara Pembangunan Tamrin Roter, Sekretaris Milza Harmadi, SE. Ii Surau Gadang Padang Pulai, yang di bangun di tanah ulayat suku panyalai yang merupakan surau nagari  pertama di Korong Pasir Lawas, pengurusnya adalah wali korong dan wali jorong.
2.         Mesjid Pasir Lawas di Padang Pulai merupakan mesjid pertama di Korong Pasir Lawas Pengurusnya adalah Labai Lingkung.
3.         Mesjid Angku Shaliah / surau gubah , pengurusnya adalah, Zainul Abidin Tuangku Bandaro, zakaria serta ninik mamak dalam nagari.
4.         Surau Koperasi  Syekh  Angku Shaliah, pengurusnya Syafruddin, Masril Tk, Mudo, serta ninik mamakkorong Pasir Lawas.
5.         Surau bandaheler Padang gelapung , pengurusnya DT. Majo Basa dan Labai Basa
6.         Surau Jambak Kampung kelawi pengturusnya DT. Cilangik, Lb. Mandaro
7.         Surau Jambak Padang Pulai, pengurusnya DT. Sariaan, Lb. Sati
8.         Surau Taluak kampuang Kalawi , pengurusnya  DT. Pengulu Basa dan Labai Basa.
9.         Surau Tanjuang Kampung Pondok , Pengurusnya DT. Rajo Bulan, Labai Sinaro.
10.     Surau Panyalai Kampung Pondok,DT. Maninjun, Lb. Sinaro.
11.     Surau darussalam , Kampuang Kelawi , pengurusnya, DT. Majo Basa Labai Basa
Kegiatan yang di lakukan di Surau Kaum kegiatan-kegiatan yang dilakukan di surau kaum adalah, kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan agama, seperti belajar membaca Alquran, fiqih, akhlak, tarekh( sejarah islam) , beribadah seperti shalat berjamaah, wirid (baminggu), memperingati hari besar agama dll.
Untuk kegiatan sosial, bergotong royong, memasak bersama, malamang, mengumpulkan zakat fitrah, berinfaq, sedekah, bermusyawarah, penginapan jemaah dan anggota kaum, sosialisasi tentang pembaharuan dll. Untuk kegiaatan ekonomi , zikir dan tolak bala,di lanjutkan  bersama berzikir sambil mengelilingi memohon kemudahan rezki. 10



[1] Imran Manan, Dasar-Dasar Sosial Budaya Pendidian, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1989, hal. 26
[2] Koentjaraninggrat, Sejarah Teori Antropologi, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, 1987, hal 80.
[3] Masoed Abidin, Surau Kito, Pusat Pengkajian Islam dan Minang Kabau, Padang, 2005, hal.20
[4] Ibid, hal. 26
[5] Duski Samad, Syekh Burhanuddin dan Islamsasi Minangkabau, TMF Press, Jakarta, hal.111

Tidak ada komentar:

Posting Komentar